Webinar Komunitas GAUL x GALAKSI “Ecopsychology On Children: Bangun Pribadi Pro Lingkungan pada Anak Pasca Bencana”
Pada hari Minggu, 31 Januari 2021, Komunitas GAUL (Gerakan Aksi Peduli Lingkungan) dan Komunitas GALAKSI (Gerakan Aksi Peduli Anak Indonesia) yang merupakan program kerja dari Divisi Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, berkolaborasi dengan mengadakan webinar bertema “Ecopsychology on Children: Bangun Pribadi Pro Lingkungan pada Anak Pasca Bencana”. Tema ini diangkat karena melihat banyaknya bencana alam yang terjadi di berbagai daerah seperti banjir dan gempa bumi pada awal tahun. Dan tujuan dari pelaksanaannya adalah agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana kondisi anak pasca bencana, serta seberapa pentingnya membangun perilaku pro lingkungan pada anak sedini mungkin.
Webinar dilaksanakan pada pukul 09.00 WITA secara daring dengan menggunakan media zoom meetings dan secara resmi dibuka oleh Koordinator Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Bapak Sukma Noor Akbar, M.Psi, Psikolog. Acara ini dihadiri peserta dari berbagai instansi dengan jumlah kurang lebih 120 orang. Peserta didominasi oleh mahasiswa/i Universitas Lambung Mangkurat dan sisanya berasal dari masyarakat umum.
Dalam webinar ini, menghadirkan pemateri yang merupakan psikolog sekaligus dosen dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, yaitu Ibu Rika Vira Zwagery, S.Psi, M.Psi, Psikolog. Beliau memaparkan bahwa ada latar belakang pengambilan tema webinar kali ini adalah bagaimana cara mempertahankan pribadi pro lingkungan pada anak pasca bencana, yang mana perubahan lingkungan menyebabkan anak harus beradaptasi dan adanya guncangan psikologis pada anak.
Beliau membuka materi dengan membahas bencana banjir yang sedang terjadi di Kalimantan Selatan, beliau menyebutkan apa saja yang menjadi faktor terjadinya banjir. Menurut psikologi ekologi, perilaku manusia dengan lingkungan sangat erat kaitannya, disharmonisasi antara perilaku manusia dengan lingkungannya menjadi penyebab utama terjadinya bencana alam. Mengapa hal demikian bisa terjadi? Karena kurangnya perilau pro lingkungan pada masyarakat. Perilaku masyarakat yang buruk menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan mengakibatkan kualitas hidup masyarakat juga menurun.
Ibu Rika menjelaskan bahwa perilaku pro lingkungan adalah perilaku yang timbul dari diri sendiri untuk meminimalisir dampak negatif dari tindakan seserong pada lingkungan ataupun pembangunan. Perilaku pro lingkungan muncul dari niat masing-masing individu yang dipengaruhi oleh sikap akan perilaku, norma subjektif, dan pesepsi kendali perilaku. Perilaku pro lingkungan pada anak harus diberikan sedini mungkin yang mana tujuannya adalah untuk membuat perilaku yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, mengurangi perilaku yang berlebihan dan meningkatkan perilaku adaptif. Ada tiga cara pembentukan perilaku pro lingkungan yang dapat diterapkan pada anak yaitu Pertama, ada Conditioning (pembiasaan) contohnya dengan memberikan Reward (hadiah/pujian) dan Token Economy. Kedua, ada Insight (pengertian) contohnya dengan Psikoedukasi (membacakan dongeng). Ketiga, menggunakan Role Model contohnya Live Model (Orangtua), Simbolic Model (Kartun), dan Verbal Description Model (Resep).
Dapat kita maknai bahwa menumbuhkan perilaku pro lingkungan pada anak harus dilakukan sedini mungkin agar nilai-nilai yang dia dapat dapat terinternalisasi secara mandiri dan akan berdampak pada masa dewasanya.
“Selamat menjadi agen pro lingkungan bagi sekitar kita!”.